Pertama, bila hidup dilambung cinta hidup ingin selalu bersama. Memang, kadang merasa rindu jauh dari orang yang kita sayang. Tapi betapa lemahnya jiwa kita menagis saat ditinggal sebentar. Jika ditinggal sebentar menangis, bagaimana jika ditinggal selamanya? Seorang muslim harus kuat! Harus tegar! Allah lebih mencintai umatnya yang kuat daripada yang lemah. Lagipun, nasib kita tidak seberat Siti Hajar yang ditinggalkan Nabi Ibrahim di gurun pasir tanpa bekal apapun selain keimanannya kepada Allah.
Kedua, ku titipkan orang yang kucintai pada Allah. Aku percaya dia akan baik-baik penjaga, kerana aku telah meminta kepada Allah untuk menjaganya.
Ketiga, percaya bahwa apa menimpa diri kita adalah takdir Allah. Saat ini Allah sedang mentakdirkan kami hidup terpisah. Pasti ada hikmah di balik hal ini. Mungkin Allah ingin menjadikan kami peribadi yang lebih dewasa dan mandiri.
Keempat, jadikan setiap kesempatan bertemu menjadi hal yang berkualiti. Kuantiti pertemuan kami memang kurang, tapi semoga kualitinya akan menjadi optimal.
Kelima, selagi masih punya banyak waktu luang (tidak terganggu orang yang dicintai), lakukan aktiviti sebanyak-banyaknya. Plus belajar menjadi seorang kekasih yang baik. Mungkin boleh jadi setelah tinggal bersama sang kekasih, aktiviti pribadi berkurang.
Mungkin kalau aku teruskan, boleh jadi panjang sekali. Intinya satu, jalin hubungan yang baik dengan Allah. Seorang yang hatinya terpaut kepada Allah, tidak akan bersedih akan masalah yang dihadapinya. Jangan sampai aktiviti ibadah menurun kerana tidak ada orang yang dicintai. Apalagi teknologi dapat menggapaia apa sahaja maupun orang yang jauh. Setiap kali telefon saling mengingatkanlah akan pentingnya iman. Setidaknya, ada nilai ibadah di setiap komunikasi.
No comments:
Post a Comment