“…How many years must a mountain exist, before it is washed to the sea
How many years can some people exist, before they’re allowed to be free
How many times can a man turn his head, and pretend that he just doesn’t see ”(Bob Dylan, Blowin’ in the wind )
Suatu hari yang cerah di sebuah masjid besar Shah Alam sedang ada proses pernyataan beberapa orang yang menyatakan dirinya masuk Islam mengucap kalimat syahadat dan tampak bahagia. Usai proses, seseorang berucap, bahwa ia menemukan apa yang dia cari dan menyedari kekeliruan akan pilihannya selama ini. Saya mengamati orang yang mengucapkan itu tadi nampaknya dia berumur sekitar 45 tahun **
Bayang bayang renung melintas. Berapa lama yang di perlukan hingga seseorang menyedari bahwa ada kekeliruan dalam jalan hidupnya ? Dalam kes ini, mungkin dia baru terbuka kesedarannya setelah 30 tahun mengenal Islam. Atau, apa yang dia kenal mengenai Islam adalah sebatas persepsi peribadinya tentang Islam itu sendiri **
Sang renung kembali mengembara. Apakah kami selalu berada pada keputusan yang benar ? Bagaimana kalau ternyata seorang peguam kemudian menyedari, bahwa dia telah salah memilih karier? Bagaimana kalau ternyata seorang programmer kemudian menyedari, bahwa dia sebenarnya lebih suka menjadi ahli sukan ? Bagaimana kalau ternyata seorang isteri kemudian menyedari, bahwa setelah 30 tahun dia telah memilih suami yang salah ? Bagaimana kalau ternyata 10 tahun kemudian, Bush sedar bahwa meng invasi Irak adalah sebuah kesalahan ? **
Perlahan-lahan saya semak lagi bait bait muqaddimah pelajaran pertama. Perlahan-lahan saya mencuba memahami arti kata “petunjuk” dalam sebuah doa. Pelan-pelan saya mencuba memahami erti kata “redha” untuk memahami pilihan hidup. Barangkali, dalam layer yang lebih dalam, redha lebih dari sekadar salah dan benar. Bisa jadi redha adalah sebuah jalan terang berliku yang melewati pintu pintu kesalahan. Pintu pintu bukanlah bahagian penting lagi, selama kita menjalani jalan redha… **
No comments:
Post a Comment