Wednesday, September 21, 2011

Sendiri Menyepi ?


Sendiri Menyepi
tenggelam dalam renungan
ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan

perlahan kucari… mengapa diriku hampa…
mungkin ada salah… mungkin ku tersesat…
mungkin dan mungkin lagi…

Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
ingin ku menangis… menyesali diri… mengapa terjadi

sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala

benderang di hidupku

Perlahan kucari… mengapa diriku hampa
mungkin ada salah mungkin ku tersesat…
mungkin dan mungkin lagi

Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi…
ingin ku menangis… menyesali diri… mengapa terjadi

sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala

Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa……
seeeeendiri…aku merasa sendiri

sampai kapan begini
resah tiada bertepi…Ooohh
kuingin cahyaMu

benderang di hidupku

by : EDCOUSTIC


Setitis air ikut mengalir dari sebuah paip/slang air di tangan seorang tukang kebun. Ia merasa dirinya seperti kekuatan raksasa yang mampu mematahkan ranting ringkih dan dedaunan kering di kebun yang gersang, kerana musim kemarau yang sangat panjang.


Tetapi, setelah paip/slang itu terserak kembali sendiri dan menempel di sehelai daun mawar yang masih menghijau. Sebutir air itu menjadi oase kecil yang amat cantik di mata seorang pelukis yang sedang memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.


Sampai akhirnya, titisan air itu merasa dirinya melayang-layang oleh bahagia. Kerana meskipun hanya setitis dan tidak lagi terkumpul sebagai sebuah kekuatan ia masih bisa memberikan erti. Lalu, butir air itu berpikir bahwa seandainya ia tidak terpercik sendirian ke atas dedaunan, tetapi tetap berkumpul dalam sebuah kungangan air, ia mungkin hanya menjadi tempat tetas nyamuk berdarah. Jadi, alhamdulillah kesendirian punya erti yang tak kecil bila disyukuri.

Wednesday, September 14, 2011

Ujian Itu Mutiara Jiwa


Hidup ini memang menyulitkan. Setiap hari jiwa kita akan teruji dan perjalanan hidup terasa semakin hari semakin sukar. Inilah kehidupan, "Dialah (Allah) yang menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah diantara kamu yang paling baik amalannya.".

Ya, hidup ini adalah ujian. Menafikan hakikat ini akan menjadikan kita orang yang sentiasa kecewa dan putus asa. Menerima hakikat ini menggambarkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang menonjolkan kepimpinan dan ketokohan kita sebagai hamba Allah SWT.

Sememangnya kegagalan itu sering mencederakan jiwa kita. Hati kita terluka dan meninggalkan bekas terlalu lama. Bahkan ada ketikanya, ujian hidup yang dilalui terasa begitu berat dan diluar kemampuan hingga kita kehilangan pendirian dan arah tuju.

Ujian itu umpama ombak ganas yang tidak pernah mungkir untuk menerjahkan kekuatannya pada pantai yang lembut dan tidak berdaya. Namun lebih sulit lagi kedatangan ujian ini dalam bentuk yang sentiasa berubah dan dalam masa yang tidak menentu. Jiwa kita tidak akan tenang sehinggalah kita menerima lumrah kehidupan ini dengan jiwa yang pasrah dan sabar. Namun kepasrahan dan kesabaran itu tidak akan muncul hinggalah kita benar-benar menyandarkan seluruh jiwa dan harapan kita pada Pemilik kehidupan, Pemilik jiwa dan Pemilik alam yang menentukan rintangan dan perjalanan hidup kita segalanya. Kita tidak akan merasakan ketenangan sehinggalah kita benar-benar merasai hakikat kehambaan diri serta kekuasaan Ilahi.

Salah persandaran akan menjadikan kita manusia kecewa dengan segala kelemahan dan keputus asaan. Namun memilih persandaran yang betul memerlukan ilmu yang benar dan proses memahami dan mengenali hidup dan kehidupan yang sedang kita tempuhi.