Sendiri Menyepi
tenggelam dalam renungan
ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan
perlahan kucari… mengapa diriku hampa…
mungkin ada salah… mungkin ku tersesat…
mungkin dan mungkin lagi…
Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
ingin ku menangis… menyesali diri… mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
benderang di hidupku
Perlahan kucari… mengapa diriku hampa
mungkin ada salah mungkin ku tersesat…
mungkin dan mungkin lagi
Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi…
ingin ku menangis… menyesali diri… mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa……
seeeeendiri…aku merasa sendiri
sampai kapan begini
resah tiada bertepi…Ooohh
kuingin cahyaMu
benderang di hidupku
by : EDCOUSTIC
Setitis air ikut mengalir dari sebuah paip/slang air di tangan seorang tukang kebun. Ia merasa dirinya seperti kekuatan raksasa yang mampu mematahkan ranting ringkih dan dedaunan kering di kebun yang gersang, kerana musim kemarau yang sangat panjang.
Tetapi, setelah paip/slang itu terserak kembali sendiri dan menempel di sehelai daun mawar yang masih menghijau. Sebutir air itu menjadi oase kecil yang amat cantik di mata seorang pelukis yang sedang memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.
Sampai akhirnya, titisan air itu merasa dirinya melayang-layang oleh bahagia. Kerana meskipun hanya setitis dan tidak lagi terkumpul sebagai sebuah kekuatan ia masih bisa memberikan erti. Lalu, butir air itu berpikir bahwa seandainya ia tidak terpercik sendirian ke atas dedaunan, tetapi tetap berkumpul dalam sebuah kungangan air, ia mungkin hanya menjadi tempat tetas nyamuk berdarah. Jadi, alhamdulillah kesendirian punya erti yang tak kecil bila disyukuri.
No comments:
Post a Comment