Saturday, April 23, 2011

Mari Memahami Cinta Sebenarnya..


Bismillah….

Cinta…

Sesuatu yang tak terdefinisi…

Kadang tak dapat dimengerti…

Tapi mampu membuat bibir seakan tak mau berhenti tersenyum…

Saudaraku…

Apa yang akan kita lakukan ketika cinta datang mengetuk hati kita? Akan ada dua sikap dalam menerima hadirnya cinta.

Pertama, jika cinta itu telah halal, maka tentu akan kita sambut dengan senyuman terindah dan memperlakukannya dengan penuh istimewa. Bagi yang memahami, cinta yang halal hanyalah cinta yang terajut ketika telah terikat dalam sebuah akad pernikahan. Selain daripada itu, maka cinta tak akan pernah di izinkan untuk masuk ke dalam hati dan bersemayam disana.

Kedua, jika cinta itu belum halal, maka dengan santun, kita akan mempersilakan cinta itu untuk bersabar sebelum masuk dan bersemayam di hati kita. Kerana cinta yang belum halal tak akan pernah mendapat ridho dari Allah. Bukankah Allah itu maha pencemburu? Bagi yang tidak mengerti, cinta seperti ini justru akan disambut dengan bahagia hingga akhirnya melupakan batasan-batasan yang sudah ditentukan oleh Allah berkenaan dengan perkara hati. Bukankah cinta seperti ini ertinya sudah bercampur dengan nafsu? Dan bukankah nafsu itu datangnya dari syaitan?

Ada sebuah pertanyaan menarik, bolehkah kita sekedar mengungkapkan cinta demi untuk menenangkan hati kerana tak mampu menahan rasa?

Kembali kita belajar pada cerita cinta Fatimah putri Rasulullah dan Ali bin Abu Thalib. Mereka pun jatuh cinta jauh sebelum akhirnya menikah. Namun, ditengah kegelisahan hati para pencinta, adakah mereka pernah mengungkapkan rasa itu satu sama lain? Tidak, mereka diam. Dalam diam mereka mencinta, dalam rindu mereka berdoa. Hanya kepada Allah mereka ungkapkan semua rasa yang berkecamuk dalam jiwa. Pun dengan para shalafush shalih ketika mereka di uji dengan cinta oleh Allah. Adapun mereka mengungkapkan cinta, tapi disertai dengan niat untuk menghalalkan cinta itu, jadi bukan sekedar ungkapan biasa tanpa tindakan, atau ada tindakan tapi melanggar syariat. Jika ternyata cinta dan niat mereka ditolak, maka hanya kesabaran yang dapat dilakukan, kerana mengetahui bahwa rencana Allah akan selalu lebih baik.

Kemudian pertanyaan lain, jika sudah dalam masa khitbah misalnya, apakah boleh ungkapan cinta itu disampaikan?

Dalam sirah, hingga detik ini saya belum menemukan adanya contoh, mungkin kerana ilmu ana masih dhoif (atau jika ada yang tahu, tolong beritahu , ^_^ ). Yang jelas, dalam masa khitbah memang adalah masa memantapkan hati, masa lebih saling mengenal pasangan, mulai dari latar belakang, kepribadian hingga keluarga besarnya. Tetapi tetap dalam koridor syariat (saya jadi ingat sebuah cerita bagus ketika hampir masa khitbah, si ikhwan yang tidak bisa menjaga komunikasi dengan akhwat, akhirnya ditolak oleh akhwatnya). Masa khitbah bukanlah masa untuk mengumbar perasaan, maka bersabarlah hingga waktu itu tiba dan berpuaslah jika sudah sah terikat dalam janji pernikahan.

Maka saudaraku, mengumbar perasaan cinta diluar pernikahan adalah sesuatu yang tidak dibenarkan dalam Islam. Seperti yang tertera dalam firman Allah :

“Dan janganlah kamu mendekati zina…” QS Al Isra 32

Mata yang memandang bukan mahram adalam zina mata, telinga yang mendengar rayuan dari bukan mahram adalah zina pendengaran, mulut yang berbicara cinta pada bukan mahramnya adalah zina mulut, sedang hati yang membayangkan sesuatu yang bukan haknya dan tidak halal adalah zina hati.

Satu-satunya solusi bagi para pencinta adalah pernikahan. Diluar daripada itu, maka bersabarlah akan cinta itu, jangan diumbar dan jangan pula diusir jika kita tidak mampu. Tapi berdoalah kepada Allah agar cinta itu tak membuat hati kita lalai dari mencintaiNya. Ungkapan cinta sebelum waktunya tak akan bernilai apa-apa selain dosa, tetapi jika dilakukan dalam pernikahan maka akan bernilai ibadah yang luar biasa.

Maka itu saudaraku, jangan mudah mengumbar kata cinta dengan maksud ataupun hanya sekedar bercanda. Tiap kata-kata kita akan menjadi catatan tersendiri oleh malaikat dan di sisi Allah. Bukankah dalam alqur’an kita diperintahkan hanya berkata-kata yang baik? Sesuatu yang bercanda pun ada batasannya, kerana perkara hati itu sangat mudah terbuka dan akan sulit diselesaikan dengan segera. Simpanlah kata-kata indah itu hanya untuk yang berhak menerimanya. Janganlah mudah mengucapkan sesuatu yang tidak berhak untuk di ucapkan dan diberikan kepada yang tidak berhak menerimanya. Cukuplah apa yang kita rasa hanya Allah yang tahu, dan mohonlah kepada Allah kerana hanya Dia yang lebih mengetahui dan memahami tentang apa yang kita rasa.

Cinta yang indah adalah cinta yang tumbuh diatas keta'atan kepada Allah...dan tumbuh di taman yang di kelilingi oleh koridor syariatNya..

Maka pahamilah cinta dengan sebenarnya...

Wallahualam bish shawab

No comments: